Kamis, 22 Maret 2012

KERAJAAN BANTEN


Banten Sebelum Islam
Nama Banten pertama kali muncul dalam laporan perjalanan Tome Pires (1513) sebagai salah satu bandar Kerajaan Sunda yang cukup ramai. Dikatakan bahwa Banten merupakan sebuah kota niaga yang baik, terletak di tepi sebatang sungai. Dari kesaksian Tome Pires itu dapat dijadikan petunjuk bahwa bandar Banten sudah berperan sebelum berdiri kesultanan Banten (1526). Jika berita mengenai Kerajaan Sunda dikaji ulang, dapat dipastikan bahwa negara itu berdiri sekurang-kurangnya pada pertengahan abad ke-X.
Sedikit mengenai Banten sebelum Islam adalah bukti bahwa Banten telah dihuni dari zaman prasejarah dengan ditemukannya rangka utuh dan banyak juga gerabah tempayan di daerah Anyer Lor tahun 1954 dan nekara dan beliung persegi. Selain itu, juga ditemukan keramik Cina yang cukup tua berasal dari dinasti Han, Tang, Song, Ming dan uang kepeng di daerah Carita. Juga ditemukan benda yang berhubungan dengan India yaitu arca Ganesa dan Siwa di Gunung Raksa, prasasti Cidanghiang, arca batu tipus. Semua temuan itu membuktikan bahwa daerah Banten sudah sejak awal memiliki hubungan dengan dunia luar.
Banten Islam
Setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, bangsa Portugis memulai perdagangan dengan bangsa Sunda. Ketertarikan utama mereka adalah pada lada yang banyak terdapat di kedua sisi Selat Sunda. Walaupun Kerajaan Pajajaran masih berdiri, namun kekuasaannya mulai menyusut. Kelemahan ini tidak luput dari perhatian Kerajaan Islam Demak. Beberapa dekade sebelumnya Kerajaan Demak telah menguasai bagian timur pulau Jawa dan pada saat itu bermaksud untuk juga menguasai pelabuhan Sunda. Masyarakat Sunda, memandang serius ekspansi Islam, melihat makin berkembangnya komunitas ulama dan pedagang Islam yang semakin memiliki peranan penting di kota pelabuhan “Hindu”.
Menghadapi ancaman ini, Otoritas Banten, baik atas inisiatifnya sendiri maupun atas seizin Pakuan, memohon kepada bangsa Portugis di Malaka, yang telah berulangkali datang berniaga ke Banten. Di mata otoritas Banten, bangsa Portugis menawarkan perlindungan ganda; bangsa Portugis sangat anti Islam, dan armada lautnya sangat kuat dan menguasai perairan di sekitar Banten. Banten, di sisi lain, dapat menawarkan komoditas lada bagi Portugis. Portugis yang menganggap hal ini penting kemudian menyetujui perjanjian.
Sementara itu, situasi politik telah sangat berubah dan sehingga armada Portugis gagal untuk merapat ke daratan. Seorang ulama yang sekarang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, penduduk asli Pasai, bagian utara Sumatera setelah tinggal beberapa lama di Mekah dan Demak, pada saat itu telah menetap di Banten Girang, dengan tujuan utama untuk menyebarkan ajaran agama Islam.
Sebagaimana telah sebelumnya dilakukan di Jawa Tengah, Kaum Muslim, sekarang merupakan kelas sosial baru, yang memegang kekuasaan politik di Banten, dimana sebelumnya juga telah memegang kekuasaan ekonomi. Setelah dikuasainya kota ini atas petunjuk ayahnya didirikanlah kota di bagaian muara sungai yang menurut babad dinamakan Surasowan dan Maulana Hasanuddin setelah dinobatkan diberi julukan Panembahan Surasowan (Djajadiningrat, 1983: 35, 36). Penobatan ini dilakukan oleh Sultan Demak, yang juga menikahkan adiknya dengan Hasanudin. Dengan itu, sebuah dinasti baru telah terbentuk pada saat yang sama kerajaan yang baru didirikan dan Banten dipilih sebagai ibukota Kerajaan baru tersebut.
Letak Kerajaan Banten
Secara astronomis, letak kota Banten Lama berada pada 60 LS dan 1060 BT, dengan sebelah barat terdapat pantai utara Jawa Barat, sebelah utara beberapa pulau dua. Batas searah yang mengelilinginya terdiri dari sebelah barat daerah Merak, Cilegon dan Anyer, sebelah timur terdapat daerah Ciruas dan sebelah selatan adalah kota Serang. Letak Banten lama sekitar 4 km dari pantai utara laut Jawa, dan berada pada ketinggian 5 m di atas permukaan air laut. Pada saat ini luas Banten lama sekitar 14,61 km2, dan secara administratif masuk dalam wilayah kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Propinsi Banten, Jawa Barat (Ongkhodarma, 2007: 21).
Kini kedigjayaan Kerajaan Banten masih bisa kita lihat. Kalian bisa menikmati reruntuhan Kesultanan Banten di abad 15-18, seperti kompleks Keraton Surosowan, kompleks Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, Mesjid Agung Banten, Pengindelan dan Danau Tasik Ardi, Jembatan Rantai, dan Kanal Air Buatan. Ditambah dengan mengetahui kesejarahan situs tersebut mungkin kalian akan lebih mennghargai dan mencintai negara Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar